Sabtu, 10 Maret 2012

Tugas Mata Kuliah Membaca Komprehensif

Review buku
Judul buku  : MORFOLOGI Telaah Morfem dan Kata
Pengarang   : M Rohmadi, Yakub Nashucha, dan Agus  Budi Wahyudi
Tahun terbit : 2010
Cetakan      : Kedua
Kota terbit  : Surakarta
Penerbit      : YUMA PUSTAKA


A. LINGUISTIK

     Menurut Kridalaksana (1984), linguistik (linguistics) adalah ilmu bahasa. Yang menjadi objek kajiannya adalah bahasa. Bahasa itu penting untuk dipelajari karena bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah-ubah sesuai perkembangan zaman. Chair (1994) membagi linguistik menjadi tiga bidang, yaitu:
a. menurut objek kajiannya, yaitu:
   1.  linguistik mikro, yaitu struktur internal bahasa itu sendiri (fonologi, morfologi, sintaksis).
  2. linguistik makro, yaitu adanya faktor-faktor di luar bahasa seperti faktor psikologi, sosiologis, antropologis, dan neurologis).
b. menurut tujuannya, antara lain:
   1. linguistik teoritis (menemukan teori-teori linguistik).
   2. linguistik terapan (menerapakn kaidah linguistik dalam kegiatan praktis).
c. menurut bidang yang digeluti:
   1. linguistik sejarah (mengkaji perkembangan bahasa).
   2. sejarah linguistik (mengkaji perkembangan linguistik, seperti tokoh-tokohnya, alirannya, atau hasil       kerjanya).

B. MORFOLOGI
    Morfologi adalah bidang yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya, Kridalaksana (1984). Morfologi berasal dari kata bahasa Inggris morphology, yaitu ilmu tentang morfem. Yang menjadi objek kajiannya adalah hal-hal yang berhubungan dengan bentuk kata atau struktur kata dalam bahasa. Struktur kata yang senantiasa membentuk kalimat-kalimat mengalami perubahan sesuai jenis atau makna kata yang dikehendaki oleh  penutur atau penulisnya.
    Morfologi menjadi hal penting dalam proses pembentukan kata dan alomorf-alomornya terkait dengan bidang linguistik struktural. Oleh sebab itu linguistik dan morfologi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena keduanya memiliki kekuatan untuk salimg menguatkan secara teori dan konsep.

C. LINGUISTIK DAN MORFOLOGI SEBAGAI ILMU
     Cabang linguistik terdiri atas: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Fonologi ialah cabang linguistik yang menyelidiki bunyi bahasa. Sintaksis ialah cabang linguistik yang menyelidiki penempatan bersama-sama satuan lingual yang  berwujud kata menjadi satuan lingual yang lebih besar, bisa berupa frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semantik ialah cabang linguistik yang menyelidiki satuan lingual dari segi makna, baik makna gramatikal maupun makna leksikalnya (cf. Wijana, 1996: 1). Morfologi ialah cabang linguistik yang meyelidiki morfem bahasa dan penggabungan morfem tersebut menjadi satuan lingual yang dikenal dengan kata polomorfomik.     
 1. Satuan lingual sebagai bentuk kebahasaan dalam ujaran
         ujaran yang dihasilkan oleh seorang penutur dapat dikenali terdiri atas bentuk-bentuk kebahasaan yang disebut dengan satuan lingual. Ciri ujaran satuan lingual inilah yang di dalam bidang morfologi disebut dengan kata, bisa kata monomorfemik, maupun polimorfemik yang akan dikaji secara mendalam. Ciri ujaran berikutnya adalah karakteristik satuan lingual yang disebut dengan morfem. Morfem ialah satuan terkecil dalam kata yang tidak dapat dipusahkan lagi. 
2. Prinsip penenalan morfem
        Menurut Samsuri, 1981, ada tiga prinsip pengenalan morfem, yaitu:
      a. bentuk-bentuk yang berulang yang mempunyai pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama.
     b. bentuk-bentuk yang mirip (susunan fonem-fonemnya) yang memiliki pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama apabila perbedaan perbedaan itu dapat diterangkan secara fonologis.
      c. bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonemnya yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih bisa dianggap sebagai alomorf alomorf daripada morfem yang sama atau mirip, asal perbedaan perbedaan itu bisa diterangkan secara morfologis.
* Jenis-jenis morfem, yaitu:
1. Morfem bebas
     Yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti. Contoh: rumah, jatuh, senang, takut, gerak,ilmu, dan sebagainya.
2. Morfem terikat
      Yaitu morfem yang selalu melekat pada morfem lain atau dapat memiliki mkna setelah bergabung dengan morfem yang bebas. Contoh: ber, ter, se, di, i, -man, -wati, -kan, ke-an, dan sebagainya. Morfem "ber" tidak mempunyai makna, tetapi esetelah bergabung dengan kata main menjadi "bermain" morfem ber- menjadi memiliki amakna, "sedang melakukan aktivitas, yaitu bermain".
3. Morfem setengah bebas
     Secara gramatik ada beberapa morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi mempunyai sifat bebas seperti halnya morfem yang dapat berdiri sendiri atau morfem bebas. Morfem tersebut antara lain: pada, kepada, dari, daripada, tentang, sebab, karena, walaupun, meskipun, dan sebagainya.
      Jadi, morfem belum tentu kata, sedangkan kata sudah pasti termasuk morfem. Oleh karena itu, morfem dan kata memiliki kategori yang berbeda ketika dilihat dari aspek kebermaknaannya.


0 komentar:

Posting Komentar